Oleh: Ev. Imanuel Adhitya W. Ch., S.E,
M.Pd *)
|
A. Latar Belakang
Seorang Worship Leader (WL) bukan hanya sekedar berperan sebagai pemimpin pujian dalam
sebuah ibadah atau komsel, namun lebih daripada itu. Seorang Worship Leader seharusnya berperan
sebagai penyembah yang benar (taken of
role to be a true worshiper) yang senantiasa hidup di dalam doa (Yoh. 4:23),
serta berpegang teguh pada kebenaran firman Allah setiap hari (Fil. 2:13-15). Seorang
Worship Leader bukan hanya cakap memimpin
pujian dan penyembahan atau memiliki suara yang bagus, tetapi harus menjadi seorang
pribadi penyembah yang dipanggil dan diurapi oleh Allah untuk melayani
dalam sebuah ibadah atau mengaplikasikan pujian dan penyembahan dalam kehidupan
sehari-hari. Mereka yang terpanggil untuk mengambil bagian dalam pujian
dan penyembahan ini, bukan hanya mereka yang pandai bermain musik atau
bernyanyi, namun mereka yang telah menyerahkan diri sepenuhnya dan
setia untuk melayani dalam bidang pujian dan penyembahan (Mzm. 57:8-10,
Mzm. 108:2-4). Seorang Worship Leader bertanggung
jawab kepada Tuhan dan Gereja-Nya dalam rangka melaksanakan tugas pelayanan
yang Tuhan percayakan serta sebagai wujud ucapan syukur atas setiap anugerah
yang diberikan-Nya kepada kita, sesuai dengan talenta dan kapasitas rohani
masing-masing.
B. Persiapan Awal Memimpin
Pujian dan Penyembahan
Persiapan awal merupakan
bagian yang sangat penting bagi seorang Worship
Leader (Pemimpin Pujian), sebab hal ini akan memengaruhi keberhasilan kita
pada saat memimpin pujian dan penyembahan dalam sebuah ibadah gerejawi. Adapun
persiapan awal tersebut meliputi 2 (dua) hal sebagai berikut:
§ Persiapan
Diri
Sebelum mengawali pelayanan pujian dan penyembahan,
seorang Worship Leader hendaknya
mempersiapkan diri dengan baik, dengan cara membangun hubungan pribadi yang
erat bersama Tuhan melalui kehidupan doa yang benar untuk memohon pengampunan
dosa, penyertaan dan hikmat dari Tuhan (Ams. 24:3, Kol. 3:23). Mengapa harus
demikian? Karena tanpa penyertaan dan hikmat dari Tuhan, maka pelayanan kita
akan menjadi kacau dan sia-sia (Mzm. 127:1) serta Tuhan tidak berkenan dengan pelayanan
pujian dan penyembahan kita (Kej. 4:4-5, Hos. 4:6). Persiapan doa ini bisa
dilakukan secara pribadi maupun dalam kelompok doa yang telah diagendakan oleh
gereja. Betapa pentingnya mengawali setiap pelayanan dengan doa, sehingga
pelayanan pujian dan penyembahan yang kita lakukan menyenangkan hati Tuhan
serta menggerakkan Roh Kudus untuk melawat setiap jemaat yang hadir dalam
ibadah (Rom. 12:1, Kis. 2:1-4).
Jika hal ini terjadi, maka pemulihan dan mujizat yang
datangnya dari Tuhan akan dinyatakan dalam ibadah, khususnya pada saat pujian
dan penyembahan dinaikkan dengan benar di hadapan Tuhan oleh Worship Leader dan jemaat (Yos. 6:20,
Kis. 12:11-12).
§ Persiapan
Teknis
Setelah melakukan persiapan diri dengan baik, maka
langkah selanjutnya adalah melakukan persiapan secara teknis. Seorang Worship Leader yang baik hendaknya
mempersiapkan beberapa hal teknis agar mampu memimpin pujian dan penyembahan
dengan tertib dan mendatangkan sukacita bersama dalam ibadah. Berikut ini
merupakan langkah-langkah yang penting untuk dilakukan seorang Worship Leader sebelum memulai pelayanan
pujian dan penyembahan:
1)
Mempersiapkan daftar
lagu/pujian yang akan dinyanyikan untuk diserahkan kepada para pemain musik dan
petugas OHP/LCD projector.
2)
Menentukan tema pujian dan penyembahan sebelum memilih
susunan lagu atau jenis musik yang akan dinyanyikan.
3)
Perhatikan pemilihan lagu dalam daftar pujian yang
disusun berdasarkan tema, apakah WL dan jemaat menguasai lagu yang akan
dinyanyikan tersebut dengan baik atau tidak. Jika tidak, maka perlu
dipertimbangkan lagi apakah lagu
tersebut tidak jadi dinyanyikan, atau tetap dinyanyikan dengan catatan WL dan singers harus hafal syair
lagu yang dimaksud dan melatih jemaat secara bertahap agar dapat menguasai lagu
tersebut dengan baik.
4)
Memastikan berapa lama pujian dan penyembahan akan
berlangsung serta tentukan alokasi waktu, jika selama aktivitas pujian tersebut
memberikan ruang kesaksian atau kata sambutan tertentu dari jemaat yang sedang
dilayani.
5)
Mengikuti latihan sesuai
dengan waktu dan tempat yang telah ditentukan bersama dengan singers (jika hendak menggunakan beberapa
singer sebagai pendukung vokal) dan
tim musik.
6)
Hadir 10-20 menit sebelum
ibadah dimulai untuk persiapan diri (doa bersama) dan persiapan teknis (check sound/microphone dengan pemain
musik).
7)
Beradaptasi dengan suasana
gereja dimana liturgi atau acara ibadah akan diselenggarakan. Biasakanlah mempertimbangkan
hal-hal berikut ini sebelum melayani sebagai Worship Leader dalam ibadah:
§ Estimasi jumlah jemaat yang biasa hadir dalam acara ibadah
Pada prinsipnya jumlah memang tidak memengaruhi kualitas
rohani sebuah pujian dan penyembahan, namun faktor ini perlu mendapat perhatian
karena berkaitan dengan hal-hal yang bersifat teknis, misalnya dengan kondisi
jumlah jemaat yang banyak, maka WL harus
meningkatkan kemampuan penglihatan untuk memastikan bahwa seluruh jemaat menikmati
pujian dan penyembahan dengan baik, atau mereka hanya sekedar bernyanyi. Dengan
memerhatikan faktor ini, WL diharapkan
dapat membantu menciptakan atau membangkitkan suasana pujian dan penyembahan
yang lebih semangat dan dinamis, mungkin bisa juga WL dibantu dengan para singers
(jika ada) mengajak jemaat untuk melakukan gerakan tertentu sesuai dengan
lagu yang sedang dinyanyikan, agar pujian dapat berlangsung dengan meriah dan
penuh sukacita.
§ Kondisi jemaat
Apakah mayoritas jemaat berusia tua, muda, atau
komposisinya berimbang antara usia tua dan muda, sehingga WL dapat menyesuaikan lagu pujian dan ritme musik dengan kondisi
jemaat.
§ Kapasitas ruang dan sound system pendukung ibadah
Hal ini berkaitan dengan kapasitas atau volume suara WL pada saat memberikan instruksi atau
ketika menyanyi, agar dapat didengar dengan jelas oleh jemaat.
§ Waktu
penyelenggaraan ibadah
Perhatikan apakah ibadah berlangsung waktu pagi,
siang, ataupun malam, sebab hal ini berkaitan dengan pemilihan nada dasar yang
disesuaikan dengan kondisi pita suara Worship
Leader. Proses adaptasi ini sangat penting, terutama jika pelayanan
tersebut akan dilakukan dalam sebuah komunitas atau kelompok jemaat yang masih
baru dan kita belum mengenal para jemaat dengan akrab. Hal ini berlaku juga untuk
singers atau tim musik yang melayani
di gereja lokal maupun pada saat memenuhi undangan pelayanan di luar gereja
lokal.
C. Kriteria Seorang Worship
Leader
Untuk menjadi seorang Worship Leader yang baik dan berkenan di hadapan Tuhan, maka
diperlukan kecakapan khusus secara rohani maupun teknis, agar pelayanan pujian
dan penyembahan dapat berlangsung sesuai rencana, sehingga jemaat diberkati
secara rohani melalui pelayanan kita tersebut. Berikut ini akan diuraikan
kriteria secara rohani dan teknis yang hendaknya dipenuhi oleh seorang Worship Leader.
§ Kriteria Rohani
1)
Lahir baru (II Kor. 5:17, Ef.
4:21-32) serta mengalami buah-buah pertobatan dalam dirinya (Gal. 5:22-23).
2)
Memiliki karakter Kristus
(Fil. 2:1-5).
3)
Selalu semangat untuk melayani
Tuhan (Rom. 12:11) dan hidup dalam pimpinan Roh Kudus (Ef. 5:18b).
4)
Hidup dalam doa dan
penyembahan yang benar setiap hari (Yoh. 4:23, Ef. 5:19-20).
5)
Mengerti dan melakukan kebenaran firman Tuhan setiap
hari (Mzm. 119:105, Mat. 13:23, II Tim. 3:14-17).
6)
Berusaha untuk senantiasa hidup dalam kekudusan (Ibr.
12:14, Mzm. 15:1-3, 24:4-5, I Ptr. 1:16).
§ Kriteria Teknis
1)
Memiliki talenta vokal
yang cukup baik serta selalu membiasakan diri agar tidak menyanyi dengan suara
yang sumbang (fals voice).
2)
Mengerti pengetahuan dasar
tentang musik (nada dasar dan kode/simbol instruksi lagu sebagai sarana
komunikasi antara WL dengan pemain
musik pada saat performance).
3)
Mampu memimpin pujian dan
penyembahan dengan baik (tumbuhkan rasa percaya diri/ berusaha untuk
meminimalisasi rasa gugup/grogi pada saat akan melayani; disinilah salah satu
alasan pentingnya doa sebelum melayani, agar Roh Kudus memampukan kita untuk
memimpin dengan tegas dan penuh percaya diri).
4)
Mampu berkomunikasi dengan
baik melalui penggunaan kata-kata yang positif untuk menguatkan iman dan
membangun kehidupan rohani jemaat yang sedang dilayani.
5)
Mencari dan mengembangkan
perbendaharaan lagu pujian (belajar untuk menghafal lirik atau kata-kata dalam
syair lagu, baik lagu pujian dan penyembahan versi lama maupun baru).
D.
Hal-Hal Praktis Yang Harus
Diperhatikan Saat Menjadi Worship Leader
Menjadi seorang Worship
Leader sebenarnya tidak terlalu sulit, asalkan kita mempelajari dan
memahami dengan benar hal-hal penting yang berkaitan dengan pelayanan ini, agar
tugas pelayanan tersebut dapat berlangsung sesuai rencana. Berikut ini adalah
hal-hal praktis yang dapat dijadikan acuan untuk mengawali dan menjalankan
tugas sebagai seorang Worship Leader dalam
sebuah ibadah:
1.
Cobalah untuk membangun komunikasi yang erat dan hangat
dengan jemaat yang kita layani pada kesempatan pertama dengan penuh kasih dan
tidak terkesan “dibuat-buat”, baik melalui
kata-kata pembuka yang mengakrabkan atau yang menguatkan rohani jemaat, serta
jangan lupa berikan pandangan mata dan senyuman yang manis agar tidak terkesan
bahwa pujian dan penyembahan sedang dalam suasana yang tegang. Ciptakan suasana
pujian dan penyembahan yang nyaman serta menyenangkan, sehingga jemaat dapat
menikmati hadirat Tuhan dengan baik.
2.
Hindari menggunakan kata-kata atau instruksi yang
melemahkan dan menghakimi jemaat, misalnya menghakimi atau menegur jemaat yang
terlambat datang ibadah pada saat WL sedang
memimpin pujian dan penyembahan, atau menghakimi jemaat mengenai cara mereka
ketika memuji Tuhan. Jangan paksakan jemaat untuk “menjadi sama” seperti kita, tugas kita hanyalah mengajak dan
mengarahkan jemaat untuk tetap fokus dan menikmati suasana pujian dan
penyembahan. Gunakan selalu kata-kata iman untuk memotivasi jemaat dan
mendorong mereka untuk semangat dalam memuji Tuhan. Berikut ini adalah beberapa contoh kata-kata
positif yang dapat digunakan untuk memotivasi jemaat:
§ “Shaloom.. Saya percaya Allah hadir di sini dan siap
memberkati Saudara..!” (dengan
memberikan senyum seraya mengangkat salah satu tangan sebagai ekspresi
memberkati).
§ “Bapak, ibu, dan saudara sekalian percaya bahwa ada
kuasa dalam pujian dan penyembahan saat ini..?” (dengan memberikan senyum,
sambil mengangkat bahu, seraya mengangkat salah satu tangan menunjukkan
ekspresi bertanya kepada jemaat).
§ “Saudara yang datang dengan masalah pasti akan pulang
dengan membawa pemulihan dan pertolongan dari Tuhan..” (sambil tersenyum dan
menunjukkan ekspresi bahwa selalu ada pengharapan di dalam Tuhan kepada jemaat
sembari mengangkat tangan kanan setinggi kepala dengan posisi menengadah lalu
mengarahkan jari telunjuk ke arah atas).
3.
Mempersiapkan penampilan yang terbaik untuk Tuhan dan
jemaat dengan cara berpakaian yang rapi dan sopan, rambut disisir dengan rapi
dan menarik, serta tunjukkan ekspresi wajah yang segar, cerah, dan bersih.
4.
Hindari pertentangan atau kesalahpahaman (miss understanding) dengan singers dan tim musik agar tidak
menimbulkan suasana tegang dan perasaan seolah tidak ada damai sejahtera selama
ibadah berlangsung.
5.
Berikan instruksi atau komentar lagu dengan jelas
disertai senyuman manis, baik instruksi kepada tim musik (berkaitan dengan kode
lagu) maupun kepada jemaat.
6.
Jika pada saat pujian dan penyembahan berlangsung
terjadi kesalahan atau gangguan secara teknis, maka usahakan pujian dan
penyembahan tersebut tetap berlangsung dengan tertib dan jangan panik.
Berusahalah untuk tetap tenang serta arahkan jemaat untuk tetap fokus memuji
dan menyembah Tuhan. Ingatlah bahwa kita sedang memuji dan menyembah Tuhan,
maka jangan mudah terpengaruh oleh situasi dan kondisi yang berusaha untuk
mengganggu jalannya pujian dan penyembahan. Percayalah bahwa Roh Kudus yang
akan menolong kita untuk mengatasi gangguan tersebut.
7.
Hindarilah pengulangan lagu yang terlalu sering agar
jemaat tidak bosan atau jenuh, sehingga jemaat merasa enggan dan menjadi turun
semangatnya untuk memuji Tuhan.
8.
Berusahalah peka terhadap
kehendak Roh Kudus untuk suatu perubahan berkaitan dengan sikap dan berbagai
ekspresi atau bersikap fleksibel ketika sedang memimpin pujian dan penyembahan
agar tercipta suasana ibadah yang hidup, penuh sukacita, semangat, dan harmonis
serta jemaat dapat merasakan jamahan kuasa Roh Kudus secara pribadi atas hidup
mereka. Hal ini dapat terjadi ketika Worship
Leader memiliki kualitas doa dan hubungan pribadi yang intim dengan Tuhan (have an intimacy relationship with God).
9. Hindari kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik seperti terlalu
sering menutup mata, gerakan tangan yang kurang baik (misalnya tangan
diletakkan di saku, tangan diletakkan di belakang punggung, atau tangan
menggaruk-garuk kepala), membelakangi jemaat, dan
gerak refleks mata yang sering berkedip-kedip.
10. Berikan
komentar terhadap lagu seperlunya saja, sesuaikan dengan lirik lagu serta
suasana pujian dan penyembahan pada saat itu.
11. Jangan
biarkan suasana menjadi vakum (kosong
tanpa ekspresi) karena WL seolah
kehabisan kata-kata atau sedang berusaha untuk meminimalisasi perasaan gugup
atau grogi yang terlalu lama.
12. Buatlah
kesepakatan dengan tim musik dan singers mengenai
instruksi atau kode tangan (hand signal)
berkaitan dengan pemilihan nada dasar, pengulangan lagu (intro, middle, atau ending) menaikkan nada (overtone), memperlambat atau mempercepat
tempo lagu, tinggi rendahnya volume suara, memberikan coda atau bridge (variasi
tertentu dalam gaya bermusik), menunjuk hanya satu alat musik saja yang bunyi (drum only, keyboard only, guitar only,
saxsophone only).
Referensi:
Refleksi Penulis *) selama kurun
waktu hampir 12 tahun (1999-sekarang) saat melayani sebagai Worship Leader pada beberapa institusi
rohani dan gereja lokal interdenominasi di wilayah Yogyakarta, Klaten, Wonogiri,
Magelang, Jakarta, Tangerang, Semarang, Lampung, Surabaya, Mojokerto, dan
Jombang.
Selamat Melayani Tuhan melalui Pujian & Penyembahan Saudara !
Praise God with your heart until He
has coming to blessed you more and more..
Sangat memberkati :) Terimakasih
BalasHapusterima kasih artikelnya sangat membantu.....
BalasHapusThanks a lott sangat memberkati saya
BalasHapusSangat membantu dan sbg panduan bg WL,Singer dan pemusik.
BalasHapusMhn ijin utk dibagikan.
Sangat membantu dan sbg panduan bg WL,Singer dan pemusik.
BalasHapusMhn ijin utk dibagikan.
Shalom.. bagaimana jika seorang WL selalu berbahasa Roh/ dlm arti histeris dlm bahasa Roh sedangkan jemaat biasa saja??
BalasHapusWL itu adalah Imamamt yang rajani.. tugasnya mengantar jemaat/membawa jemaat untuk masuk dlm haditat Tuhan. Tpi, dlm kasus yg ada sang WL ini hanya histeris dlm bahasa Rohnya sendiri sehingga jemaat tidak terbangun. Dan, WL itu mengatakan "yg terpenting saya sudah lakukan bagian saya, masalah jemaat tidak merasakan apa2 atau jdi penonton saja, itu urusannya sendiri" so, bgaimna konklusinya?? JBU
BalasHapusArtikelnya sangat bermanfaat..
BalasHapusTrims n GBU