Rabu, 11 Januari 2012

PENATALAYANAN PEMIMPIN PUJIAN & PENYEMBAHAN YANG EFEKTIF (The Effectiveness Service of Worship Leader)



Oleh: Ev. Imanuel Adhitya W. Ch., S.E, M.Pd *)


A.     Latar Belakang
Seorang Worship Leader (WL) bukan hanya sekedar berperan sebagai pemimpin pujian dalam sebuah ibadah atau komsel, namun lebih daripada itu. Seorang Worship Leader seharusnya berperan sebagai penyembah yang benar (taken of role to be a true worshiper) yang senantiasa hidup di dalam doa (Yoh. 4:23), serta berpegang teguh pada kebenaran firman Allah setiap hari (Fil. 2:13-15). Seorang Worship Leader bukan hanya cakap memimpin pujian dan penyembahan atau memiliki suara yang bagus, tetapi harus menjadi seorang pribadi penyembah yang dipanggil dan diurapi oleh Allah untuk melayani dalam sebuah ibadah atau mengaplikasikan pujian dan penyembahan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka yang  terpanggil untuk mengambil bagian dalam pujian dan penyembahan ini, bukan hanya mereka yang  pandai bermain musik atau bernyanyi, namun mereka yang  telah menyerahkan diri sepenuhnya dan setia untuk melayani dalam bidang pujian dan penyembahan (Mzm. 57:8-10, Mzm. 108:2-4). Seorang Worship Leader bertanggung jawab kepada Tuhan dan Gereja-Nya dalam rangka melaksanakan tugas pelayanan yang Tuhan percayakan serta sebagai wujud ucapan syukur atas setiap anugerah yang diberikan-Nya kepada kita, sesuai dengan talenta dan kapasitas rohani masing-masing.

B.     Persiapan Awal Memimpin Pujian dan Penyembahan
Persiapan awal merupakan bagian yang sangat penting bagi seorang Worship Leader (Pemimpin Pujian), sebab hal ini akan memengaruhi keberhasilan kita pada saat memimpin pujian dan penyembahan dalam sebuah ibadah gerejawi. Adapun persiapan awal tersebut meliputi 2 (dua) hal sebagai berikut:

§  Persiapan Diri
Sebelum mengawali pelayanan pujian dan penyembahan, seorang Worship Leader hendaknya mempersiapkan diri dengan baik, dengan cara membangun hubungan pribadi yang erat bersama Tuhan melalui kehidupan doa yang benar untuk memohon pengampunan dosa, penyertaan dan hikmat dari Tuhan (Ams. 24:3, Kol. 3:23). Mengapa harus demikian? Karena tanpa penyertaan dan hikmat dari Tuhan, maka pelayanan kita akan menjadi kacau dan sia-sia (Mzm. 127:1) serta Tuhan tidak berkenan dengan pelayanan pujian dan penyembahan kita (Kej. 4:4-5, Hos. 4:6). Persiapan doa ini bisa dilakukan secara pribadi maupun dalam kelompok doa yang telah diagendakan oleh gereja. Betapa pentingnya mengawali setiap pelayanan dengan doa, sehingga pelayanan pujian dan penyembahan yang kita lakukan menyenangkan hati Tuhan serta menggerakkan Roh Kudus untuk melawat setiap jemaat yang hadir dalam ibadah (Rom. 12:1, Kis. 2:1-4).
Jika hal ini terjadi, maka pemulihan dan mujizat yang datangnya dari Tuhan akan dinyatakan dalam ibadah, khususnya pada saat pujian dan penyembahan dinaikkan dengan benar di hadapan Tuhan oleh Worship Leader dan jemaat (Yos. 6:20, Kis. 12:11-12).
§  Persiapan Teknis
Setelah melakukan persiapan diri dengan baik, maka langkah selanjutnya adalah melakukan persiapan secara teknis. Seorang Worship Leader yang baik hendaknya mempersiapkan beberapa hal teknis agar mampu memimpin pujian dan penyembahan dengan tertib dan mendatangkan sukacita bersama dalam ibadah. Berikut ini merupakan langkah-langkah yang penting untuk dilakukan seorang Worship Leader sebelum memulai pelayanan pujian dan penyembahan:
1)       Mempersiapkan daftar lagu/pujian yang akan dinyanyikan untuk diserahkan kepada para pemain musik dan petugas OHP/LCD projector.
2)       Menentukan tema pujian dan penyembahan sebelum memilih susunan lagu atau jenis musik yang akan dinyanyikan.
3)       Perhatikan pemilihan lagu dalam daftar pujian yang disusun berdasarkan tema, apakah WL dan jemaat menguasai lagu yang akan dinyanyikan tersebut dengan baik atau tidak. Jika tidak, maka perlu dipertimbangkan lagi apakah lagu tersebut tidak jadi dinyanyikan, atau tetap dinyanyikan dengan catatan WL dan singers harus hafal syair lagu yang dimaksud dan melatih jemaat secara bertahap agar dapat menguasai lagu tersebut dengan baik.
4)       Memastikan berapa lama pujian dan penyembahan akan berlangsung serta tentukan alokasi waktu, jika selama aktivitas pujian tersebut memberikan ruang kesaksian atau kata sambutan tertentu dari jemaat yang sedang dilayani.
5)       Mengikuti latihan sesuai dengan waktu dan tempat yang telah ditentukan bersama dengan singers (jika hendak menggunakan beberapa singer sebagai pendukung vokal) dan tim musik.
6)       Hadir 10-20 menit sebelum ibadah dimulai untuk persiapan diri (doa bersama) dan persiapan teknis (check sound/microphone dengan pemain musik).
7)       Beradaptasi dengan suasana gereja dimana liturgi atau acara ibadah akan diselenggarakan. Biasakanlah mempertimbangkan hal-hal berikut ini sebelum melayani sebagai Worship Leader dalam ibadah:
§  Estimasi jumlah jemaat yang biasa hadir dalam acara ibadah
Pada prinsipnya jumlah memang tidak memengaruhi kualitas rohani sebuah pujian dan penyembahan, namun faktor ini perlu mendapat perhatian karena berkaitan dengan hal-hal yang bersifat teknis, misalnya dengan kondisi jumlah jemaat yang banyak, maka WL harus meningkatkan kemampuan penglihatan untuk memastikan bahwa seluruh jemaat menikmati pujian dan penyembahan dengan baik, atau mereka hanya sekedar bernyanyi. Dengan memerhatikan faktor ini, WL diharapkan dapat membantu menciptakan atau membangkitkan suasana pujian dan penyembahan yang lebih semangat dan dinamis, mungkin bisa juga WL dibantu dengan para singers (jika ada) mengajak jemaat untuk melakukan gerakan tertentu sesuai dengan lagu yang sedang dinyanyikan, agar pujian dapat berlangsung dengan meriah dan penuh sukacita.
§  Kondisi jemaat
Apakah mayoritas jemaat berusia tua, muda, atau komposisinya berimbang antara usia tua dan muda, sehingga WL dapat menyesuaikan lagu pujian dan ritme musik dengan kondisi jemaat.
§  Kapasitas ruang dan sound system pendukung ibadah
Hal ini berkaitan dengan kapasitas atau volume suara WL pada saat memberikan instruksi atau ketika menyanyi, agar dapat didengar dengan jelas oleh jemaat.
§   Waktu penyelenggaraan ibadah
Perhatikan apakah ibadah berlangsung waktu pagi, siang, ataupun malam, sebab hal ini berkaitan dengan pemilihan nada dasar yang disesuaikan dengan kondisi pita suara Worship Leader. Proses adaptasi ini sangat penting, terutama jika pelayanan tersebut akan dilakukan dalam sebuah komunitas atau kelompok jemaat yang masih baru dan kita belum mengenal para jemaat dengan akrab. Hal ini berlaku juga untuk singers atau tim musik yang melayani di gereja lokal maupun pada saat memenuhi undangan pelayanan di luar gereja lokal.

C.     Kriteria Seorang Worship Leader
Untuk menjadi seorang Worship Leader yang baik dan berkenan di hadapan Tuhan, maka diperlukan kecakapan khusus secara rohani maupun teknis, agar pelayanan pujian dan penyembahan dapat berlangsung sesuai rencana, sehingga jemaat diberkati secara rohani melalui pelayanan kita tersebut. Berikut ini akan diuraikan kriteria secara rohani dan teknis yang hendaknya dipenuhi oleh seorang Worship Leader.
§  Kriteria Rohani
1)       Lahir baru (II Kor. 5:17, Ef. 4:21-32) serta mengalami buah-buah pertobatan dalam dirinya (Gal. 5:22-23).
2)       Memiliki karakter Kristus (Fil. 2:1-5).
3)       Selalu semangat untuk melayani Tuhan (Rom. 12:11) dan hidup dalam pimpinan Roh Kudus (Ef. 5:18b).
4)       Hidup dalam doa dan penyembahan yang benar setiap hari (Yoh. 4:23, Ef. 5:19-20).
5)       Mengerti dan melakukan kebenaran firman Tuhan setiap hari (Mzm. 119:105, Mat. 13:23, II Tim. 3:14-17).
6)       Berusaha untuk senantiasa hidup dalam kekudusan (Ibr. 12:14, Mzm. 15:1-3, 24:4-5, I Ptr. 1:16).

§  Kriteria Teknis
1)       Memiliki talenta vokal yang cukup baik serta selalu membiasakan diri agar tidak menyanyi dengan suara yang sumbang (fals voice).
2)       Mengerti pengetahuan dasar tentang musik (nada dasar dan kode/simbol instruksi lagu sebagai sarana komunikasi antara WL dengan pemain musik pada saat performance).
3)       Mampu memimpin pujian dan penyembahan dengan baik (tumbuhkan rasa percaya diri/ berusaha untuk meminimalisasi rasa gugup/grogi pada saat akan melayani; disinilah salah satu alasan pentingnya doa sebelum melayani, agar Roh Kudus memampukan kita untuk memimpin dengan tegas dan penuh percaya diri).
4)       Mampu berkomunikasi dengan baik melalui penggunaan kata-kata yang positif untuk menguatkan iman dan membangun kehidupan rohani jemaat yang sedang dilayani.
5)       Mencari dan mengembangkan perbendaharaan lagu pujian (belajar untuk menghafal lirik atau kata-kata dalam syair lagu, baik lagu pujian dan penyembahan versi lama maupun baru).
D.     Hal-Hal Praktis Yang Harus Diperhatikan Saat Menjadi Worship Leader
Menjadi seorang Worship Leader sebenarnya tidak terlalu sulit, asalkan kita mempelajari dan memahami dengan benar hal-hal penting yang berkaitan dengan pelayanan ini, agar tugas pelayanan tersebut dapat berlangsung sesuai rencana. Berikut ini adalah hal-hal praktis yang dapat dijadikan acuan untuk mengawali dan menjalankan tugas sebagai seorang Worship Leader dalam sebuah ibadah:
1.    Cobalah untuk membangun komunikasi yang erat dan hangat dengan jemaat yang kita layani pada kesempatan pertama dengan penuh kasih dan tidak terkesan “dibuat-buat”, baik melalui kata-kata pembuka yang mengakrabkan atau yang menguatkan rohani jemaat, serta jangan lupa berikan pandangan mata dan senyuman yang manis agar tidak terkesan bahwa pujian dan penyembahan sedang dalam suasana yang tegang. Ciptakan suasana pujian dan penyembahan yang nyaman serta menyenangkan, sehingga jemaat dapat menikmati hadirat Tuhan dengan baik.
2.    Hindari menggunakan kata-kata atau instruksi yang melemahkan dan menghakimi jemaat, misalnya menghakimi atau menegur jemaat yang terlambat datang ibadah pada saat WL sedang memimpin pujian dan penyembahan, atau menghakimi jemaat mengenai cara mereka ketika memuji Tuhan. Jangan paksakan jemaat untuk “menjadi sama” seperti kita, tugas kita hanyalah mengajak dan mengarahkan jemaat untuk tetap fokus dan menikmati suasana pujian dan penyembahan. Gunakan selalu kata-kata iman untuk memotivasi jemaat dan mendorong mereka untuk semangat dalam memuji Tuhan.  Berikut ini adalah beberapa contoh kata-kata positif yang dapat digunakan untuk memotivasi jemaat:
§ “Shaloom.. Saya percaya Allah hadir di sini dan siap memberkati Saudara..!” (dengan memberikan senyum seraya mengangkat salah satu tangan sebagai ekspresi memberkati).
§ “Bapak, ibu, dan saudara sekalian percaya bahwa ada kuasa dalam pujian dan penyembahan saat ini..?” (dengan memberikan senyum, sambil mengangkat bahu, seraya mengangkat salah satu tangan menunjukkan ekspresi bertanya kepada jemaat).
§ “Saudara yang datang dengan masalah pasti akan pulang dengan membawa pemulihan dan pertolongan dari Tuhan..” (sambil tersenyum dan menunjukkan ekspresi bahwa selalu ada pengharapan di dalam Tuhan kepada jemaat sembari mengangkat tangan kanan setinggi kepala dengan posisi menengadah lalu mengarahkan jari telunjuk ke arah atas).
3.    Mempersiapkan penampilan yang terbaik untuk Tuhan dan jemaat dengan cara berpakaian yang rapi dan sopan, rambut disisir dengan rapi dan menarik, serta tunjukkan ekspresi wajah yang segar, cerah, dan bersih.
4.    Hindari pertentangan atau kesalahpahaman (miss understanding) dengan singers dan tim musik agar tidak menimbulkan suasana tegang dan perasaan seolah tidak ada damai sejahtera selama ibadah berlangsung.
5.    Berikan instruksi atau komentar lagu dengan jelas disertai senyuman manis, baik instruksi kepada tim musik (berkaitan dengan kode lagu) maupun kepada jemaat.
6.    Jika pada saat pujian dan penyembahan berlangsung terjadi kesalahan atau gangguan secara teknis, maka usahakan pujian dan penyembahan tersebut tetap berlangsung dengan tertib dan jangan panik. Berusahalah untuk tetap tenang serta arahkan jemaat untuk tetap fokus memuji dan menyembah Tuhan. Ingatlah bahwa kita sedang memuji dan menyembah Tuhan, maka jangan mudah terpengaruh oleh situasi dan kondisi yang berusaha untuk mengganggu jalannya pujian dan penyembahan. Percayalah bahwa Roh Kudus yang akan menolong kita untuk mengatasi gangguan tersebut.
7.    Hindarilah pengulangan lagu yang terlalu sering agar jemaat tidak bosan atau jenuh, sehingga jemaat merasa enggan dan menjadi turun semangatnya untuk memuji Tuhan.
8.    Berusahalah peka terhadap kehendak Roh Kudus untuk suatu perubahan berkaitan dengan sikap dan berbagai ekspresi atau bersikap fleksibel ketika sedang memimpin pujian dan penyembahan agar tercipta suasana ibadah yang hidup, penuh sukacita, semangat, dan harmonis serta jemaat dapat merasakan jamahan kuasa Roh Kudus secara pribadi atas hidup mereka. Hal ini dapat terjadi ketika Worship Leader memiliki kualitas doa dan hubungan pribadi yang intim dengan Tuhan (have an intimacy relationship with God).
9.    Hindari kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik seperti terlalu sering menutup mata, gerakan tangan yang kurang baik (misalnya tangan diletakkan di saku, tangan diletakkan di belakang punggung, atau tangan menggaruk-garuk kepala), membelakangi jemaat, dan gerak refleks mata yang sering berkedip-kedip.
10. Berikan komentar terhadap lagu seperlunya saja, sesuaikan dengan lirik lagu serta suasana pujian dan penyembahan pada saat itu.
11. Jangan biarkan suasana menjadi vakum (kosong tanpa ekspresi) karena WL seolah kehabisan kata-kata atau sedang berusaha untuk meminimalisasi perasaan gugup atau grogi yang terlalu lama.
12. Buatlah kesepakatan dengan tim musik dan singers mengenai instruksi atau kode tangan (hand signal) berkaitan dengan pemilihan nada dasar, pengulangan lagu (intro, middle, atau ending) menaikkan nada (overtone), memperlambat atau mempercepat tempo lagu, tinggi rendahnya volume suara, memberikan coda atau bridge (variasi tertentu dalam gaya bermusik), menunjuk hanya satu alat musik saja yang bunyi (drum only, keyboard only, guitar only, saxsophone only).

Referensi:
Refleksi Penulis *) selama kurun waktu hampir 12 tahun (1999-sekarang) saat melayani sebagai Worship Leader pada beberapa institusi rohani dan gereja lokal interdenominasi di wilayah Yogyakarta, Klaten, Wonogiri, Magelang, Jakarta, Tangerang, Semarang, Lampung, Surabaya, Mojokerto, dan Jombang.


Selamat Melayani Tuhan melalui Pujian & Penyembahan Saudara !
Praise God with your heart until He has coming to blessed you more and more..

8 komentar:

  1. Sangat memberkati :) Terimakasih

    BalasHapus
  2. terima kasih artikelnya sangat membantu.....

    BalasHapus
  3. Thanks a lott sangat memberkati saya

    BalasHapus
  4. Sangat membantu dan sbg panduan bg WL,Singer dan pemusik.
    Mhn ijin utk dibagikan.

    BalasHapus
  5. Sangat membantu dan sbg panduan bg WL,Singer dan pemusik.
    Mhn ijin utk dibagikan.

    BalasHapus
  6. Shalom.. bagaimana jika seorang WL selalu berbahasa Roh/ dlm arti histeris dlm bahasa Roh sedangkan jemaat biasa saja??

    BalasHapus
  7. WL itu adalah Imamamt yang rajani.. tugasnya mengantar jemaat/membawa jemaat untuk masuk dlm haditat Tuhan. Tpi, dlm kasus yg ada sang WL ini hanya histeris dlm bahasa Rohnya sendiri sehingga jemaat tidak terbangun. Dan, WL itu mengatakan "yg terpenting saya sudah lakukan bagian saya, masalah jemaat tidak merasakan apa2 atau jdi penonton saja, itu urusannya sendiri" so, bgaimna konklusinya?? JBU

    BalasHapus
  8. Artikelnya sangat bermanfaat..
    Trims n GBU

    BalasHapus