Oleh: Ev. Imanuel Adhitya W. Ch., S.E., M.Pd.
Seringkali
banyak orang Kristen mempertanyakan mengapa harus mempelajari Roh Kudus dengan
benar dan memahami keberadaan-Nya sebagai Allah. Menurut Millard J. Erickson
(Erickson, 2004, hal. 14-15) yaitu, alasannya bahwa melalui Roh Kudus inilah
Allah Tritunggal menjadi nyata bagi orang percaya. Alasan kedua adalah, karena
kita hidup pada masa ketika karya Roh Kudus lebih menonjol dibandingkan dengan
karya kedua oknum lainnya, alasan berikutnya bahwa suasana sekarang ini lebih
menekankan pengalaman, dan hanya melalui Dialah kita dapat mengalami perjumpaan
dengan Allah secara pribadi (encounter
with God). Roh Kudus memberi hidup, tinggal dan aktif dalam diri orang
percaya (Roma 8:2, 9-11) sehingga mereka mengalami penyertaan Allah secara
pribadi (Ibrani 13:5c), serta mempunyai karunia dan kuasa yang besar untuk
melakukan perkara-perkara yang ajaib guna melaksanakan amanat agung dalam
kehidupan sehari-hari (I Korintus 12:4-11, Matius 28:18-19).
Dasar doktrin bahwa iman Kristen
mengenal dan memercayai bahwa Allah pencipta alam semesta ini adalah Trinitas,
dimana Bapa, Anak, dan Roh Kudus masing-masing adalah pribadi, tetapi tidak
dapat dipisahkan secara esensi satu dengan yang lainnya (Sproul, 1990, p. 73).
Dengan kata lain, Roh Kudus yang sepenuhnya bersifat pribadi, hendaknya
diberikan penghormatan dan perlakuan yang seimbang serta ditaati dalam konteks
otoritas yang sama dengan Allah Bapa dan Allah Anak. Roh Kudus tidak boleh
dipandang sebagai suatu esensi yang lebih rendah dari Bapa dan Anak, walaupun
peranan-Nya kadang-kadang lebih rendah dari kedua-Nya (Erickson, 2004, hal.
38).
Kerangka berpikir di atas dapat
dijelaskan secara analitis bahwa fungsi salah satu anggota Trinitas untuk
sementara waktu mungkin kurang penting dari oknum yang lain, tetapi ini tidak
berarti bahwa pada dasarnya salah satu bagian menjadi lebih rendah dari bagian yang
lain. Yesus Kristus sebagai Allah Anak tidak menjadi lebih rendah dari Allah
Bapa selama masa inkarnasinya di bumi, tetapi Ia merendahkan diri-Nya secara
fungsional kepada Allah Bapa. Pada sisi yang lain, Roh Kudus merendahkan diri
pada waktu diutus oleh Allah Anak (Yohanes 16:7-9) untuk melanjutkan karya-Nya
di dunia, saat Ia memuliakan Yesus (Yohanes 16:14), maupun ketika melakukan
kehendak Allah Bapa. Tetapi hal tersebut tidak menyatakan bahwa posisi Roh
Kudus menjadi kurang penting dibandingkan posisi Allah Bapa dan Allah Anak.
Keilahian masing-masing oknum, yaitu Bapa, Anak, dan Roh Kudus harus dinyatakan
secara kualitatif dan memiliki otoritas yang sama.
Roh
Kudus adalah pribadi ketiga dari Allah Tritunggal yang datang untuk
menggantikan Allah Anak dengan sepenuhnya, melanjutkan pekerjaan Kristus serta
menggenapi pelayanan-Nya di bumi (Mandey, 1999, hal. 37). Roh Kudus adalah Roh
Allah itu sendiri, Roh yang keluar dari diri Allah, Roh yang dimiliki oleh
Allah, memiliki atribut-atribut ilahi dan Dia turut mencipta dunia ini bersama
dua pribadi Allah yang lain, yaitu Allah Bapa dan Allah Anak (Owen, 2004, p.
63-64). Roh Kudus mempunyai sifat-sifat ilahi yang sama dengan Allah sebelum
dan sesudah penciptaan, dari kekal sampai kekal dan tidak dibatasi waktu dan
tempat (Tong, 1995, hal. 24). Roh Kudus adalah pribadi yang menyatakan dan
menginsyafkan akan dosa serta memimpin kita dengan kuasa-Nya, sehingga kita
mengalami perjumpaan dengan Allah secara pribadi (Palmer, 2005, p. 12-13).
Tanpa adanya pertolongan dari Roh Kudus maka tidak seorangpun dapat mengenal
Allah dengan benar.
Sebagai pribadi, Roh Kudus menyaksikan
dan mengajarkan kebenaran-kebenaran Allah sesuai dengan apa yang telah tertulis
dalam Alkitab (II Timotius 3:16, Yohanes 14:26). Roh Kudus sebagai pribadi juga
memberikann instruksi atau perintah untuk memberitakan injil, seperti yang
dilakukan-Nya kepada Barnabas dan Saulus (Kisah Para Rasul 13:4). Sebagai bukti
bahwa Roh Kudus adalah benar-benar seorang pribadi seperti yang tertulis dalam Alkitab,
yaitu Dia dapat didukakan atau dilukai (Efesus 4:30), dihujat (Matius
12:31-32), didustai pada saat peristiwa Ananias dan Safira (Kisah Para Rasul
5:3), dihina (Ibrani 10:29), dilawan (Kisah Para Rasul 7:54-60), dihalangi
(Kisah Para Rasul 7:51), dicobai (Kisah Para Rasul 5:9) dan dipadamkan (1
Tesalonika 5:19).
Keilahan dan Kepribadian Roh Kudus
adalah dua bagian yang saling terkait dan merupakan bentuk konkret karya-Nya di
dalam kehidupan orang percaya setelah kenaikan Yesus ke sorga. Dalam berkarya
Roh Kudus memiliki nama dan gelar sebagai identitas diri dan menunjukkan bahwa
Ia adalah sebagai pribadi. Menurut pengajaran yang disampaikan oleh Rev. W.W.
Patterson, nama dan gelar Roh Kudus seperti yang tertulis dalam Alkitab adalah
sebagai berikut (Mandey, 1999, hal. 41-43) :
Kristus atau “Yang Diurapi”
(Kolose 1:27, Efesus 4:12-16) merupakan urapan yang dinyatakan oleh Roh Kudus,
Penolong atau penghibur (Yohanes 14:26, 16:7, 14:16, 15:26), Roh (Yohanes
3:6-8), Roh Kekudusan (Roma 1:4), Roh Allah (I Korintus 3:16, 2:11), Roh dari
Allah yang hidup (II Korintus 3:3), Roh Tuhan (Lukas 4:18), Roh Tuhan Allah
(Yesaya 61:1), Roh Bapa (Matius 10:20), Roh Anak-Nya (Galatia 4:6), Roh Kristus
(Roma 8:9), Roh Yesus Kristus (Filipi 1:9), Roh Yesus (Kisah 16:6-7), Roh yang
kekal (Ibr. 9:14), Roh kasih karunia (Ibrani 10:29), Roh Kebenaran (Yohanes
14:16), Roh Kehidupan (Roma 8:2), Roh Kemuliaan (Petrus 4:14), Roh yang
membakar (Yesaya 4:4), Roh yang mengadili (Yesaya 4:4), Roh Hikmat (Yesaya
11:2), Roh Pengertian (Yesaya 11:2), Roh Nasihat (Yesaya 11:2), Roh Keperkasaan
(Yesaya 11:2), Roh Pengenalan (Yesaya 11:2), Roh takut akan Tuhan (Yesaya
11:2), Roh pengangkatan (Roma 8:15), Roh Kudus yang dijanjikan (Efesus 1:13,
Kisah 1:4, Galatia 3:14), Roh Kasih (II Timotius 1:7), Roh memerintahkan diri
(II Timotius 1:7), Roh-Mu yang baik (Nehemia 9:20, Mazmur 143:10), Roh-Mu yang
rela (Mazmur 51:14), Roh pengasihan dan permohonan (Zakharia 12:10, Roma
8:26-27), Roh Nubuat (Wahyu 19:10).
Dengan demikian, semakin jelas bagi
kita bahwa Roh Kudus terlibat dalam tindakan-tindakan moral serta pelayanan
yang hanya dapat dilakukan oleh seorang pribadi. Tindakan tersebut seperti
mengajar, memperbarui, mencari, berbicara, bersyafaat, memerintah, bersaksi,
menuntun, menjelaskan dan menyatakan sesuatu (Erickson, 2004, hal. 37). Firman
Tuhan mengatakan bahwa Roh Kudus membantu kita dalam kelemahan, sebab kita
tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa. Tetapi Roh Kudus sendiri yang
berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan
(Roma 8:26). Jelas sekali dalam konteks ayat tersebut menunjukkan bahwa Rasul
Paulus sedang membahas pribadi yang berkarya untuk setiap orang, dengan tujuan
membantu menyelesaikan pergumulan hidup dan permasalahan yang dihadapi oleh jemaat
di Roma pada waktu itu; bahkan sampai saat ini, karya Roh Kudus terus menyertai
umat-Nya kapanpun dan dimanapun (Yohanes 16:13).
Demikian halnya dengan perkataan Yesus
yang menyatakan pribadi Roh Kudus dalam Yohanes 16:8, bahwa jikalau Roh Kudus
datang ke dalam dunia, maka Dia akan menginsyafkan dunia akan dosa, kebenaran,
dan penghakiman. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Roh Kudus adalah benar-benar
suatu pribadi yang berkuasa dan bukanlah sebuah kekuatan gaib semata. Pribadi
Roh Kudus adalah pribadi Allah itu sendiri, memiliki esensi dan otoritas yang
sama dengan Allah Bapa dan Allah Anak. Antara pribadi yang satu dengan yang
lainnya tidak ada kontradiksi dan tumpang tindih fungsi jabatan pada saat
menjalankan peran mereka masing-masing.
Roh Kudus adalah pribadi yang
sesungguhnya berkuasa (dunamis),
mampu membangkitkan Kristus dari antara
orang mati dan mendudukkan-Nya di sebelah kanan Allah Bapa di sorga (Efesus
1:19-20). Sehingga sebagai orang-orang percaya yang hidupnya dipimpin oleh Roh
Allah (Roh Kudus), maka kita akan disebut sebagai anak Allah (Roma 8:14), yang
mempunyai pengetahuan untuk mengenal Allah dengan benar (Efesus 1:17c). Dengan
menyandang status sebagai anak Allah, maka kita pun adalah ahli-ahli waris yang
berhak menerima janji-janji Allah dan dipermuliakan bersama-sama dengan Dia di
dalam kerajaan-Nya (Roma 8:17).
Roh Kudus dan karya-Nya harus dipahami secara benar oleh orang-orang
percaya, sebab di dalam karya Roh Kuduslah Allah secara pribadi bekerja di
dalam diri orang percaya (Erickson, 2004, hal. 39). Kata “Roh” dalam bahasa Yunani adalah “Pneuma” yang berarti angin, udara atau nafas. Maka dapat
didefinisikan bahwa Roh Kudus adalah (Dia)
yang menjadi nafas kehidupan (Mandey, 1999, hal. 37). Dalam perjanjian lama,
Roh Kudus berperan aktif dalam karya penciptaan, hal ini dapat dilihat bahwa
pada waktu bumi belum berbentuk dan masih kosong, Roh Allah melayang-layang di
atas permukaan air (Kejadian 1:2). Karya Allah yang berkaitan dengan hasil
penciptaan, merupakan wujud nyata bahwa Roh Kudus turut bekerja sama dalam
proses penciptaan alam semesta beserta isinya.
Wujud
lain dari karya Roh Kudus dalam masa perjanjian lama adalah memberikan nubuatan
seperti yang dialami oleh seorang nabi yang bernama Yehezkiel pada saat bangsa
Israel berada dalam pembuangan di Babel (Yehezkiel 2:2). Roh Kudus juga
berkarya dalam diri Bileam (Bilangan 24:2), pada saat dia disuruh Balak untuk
mengutuk bangsa Israel, tetapi justru Bileam memberkati bangsa Israel karena
Roh Allah bekerja dalam dirinya. Karya Roh Kudus juga dialami oleh Saul waktu
diangkat oleh Samuel untuk menjadi raja atas Israel, lalu ia pun kepenuhan Roh
Kudus dan bernubuat (1 Samuel 10:6-10). Pada jaman hakim-hakim, para pemimpin
pada saat itu sangat mengandalkan karya Roh Kudus dalam menjalankan tugasnya
sebagai hakim atas bangsa Israel. Misalnya seperti Otniel (Hakim-Hakim 3:10)
dan Gideon (Hakim-Hakim 6:34, 14:19), Roh Tuhan menghinggapinya sehingga ia
berani maju berperang bersama dengan pasukan Israel melawan bangsa Aram dan
Midian, dan akhirnya mereka berhasil mengalahkan musuh-musuhnya. Nabi-nabi
dalam perjanjian lama juga mengalami karya Roh Kudus yang luar biasa, sehingga
melalui nubuatan-nubuatan yang mereka sampaikan, firman Allah diberitakan di
hadapan bangsa Israel dan bangsa-bangsa lain yang belum mengenal Tuhan. Roh
Kudus berkarya ketika memberitahukan perihal kedatangan Mesias kepada nabi
Yesaya (Yesaya 42:1-4, 61:1-3). Yoel sebagai seorang nabi yang mendapat ilham
dari Roh Kudus juga memberitakan nubuatan tentang hari Pentakosta yang akan
datang di kemudian hari setelah kenaikan Yesus ke sorga (Yoel 2:28-29).
Dalam
masa perjanjian baru, Roh Allah berkarya melalui beberapa tokoh seperti Maria
yang mengandung Yesus Kristus dari Roh Kudus (Lukas 1:35). Roh Kudus juga
tampak jelas karya-Nya dari awal sampai akhir pelayanan Tuhan Yesus, mulai dari
baptisan air, dimana Roh Kudus turun dalam wujud burung merpati ke atas Tuhan
Yesus (Matius 3:16, Yohanes 1:32) serta pencobaan Yesus di padang gurun. Roh
Kudus membawa Yesus Kristus untuk berperang melawan penguasa-penguasa kegelapan
serta memberikan kekuatan kepada-Nya (Lukas 4:1-2). Allah Roh Kudus menyertai
Yesus sepanjang karya-Nya di dunia dalam bentuk tanda-tanda mujizat yang diadakan-Nya,
baik ketika mengusir roh jahat (Lukas 11:20, Matius 12:28), menyembuhkan
berbagai penyakit (Markus 1:34, Lukas 4:40), berjalan di atas air (Markus
6:48), berkhotbah dengan penuh kuasa (Lukas 4:14, Yohanes 3:34), penyaliban-Nya
(Ibrani 9:14), kuasa kebangkitan-Nya (Roma 1:4, 8:11, I Petrus 3:18), maupun
kenaikan-Nya (Kisah Para Rasul 2:23, Yohanes 15:26, Lukas 24:49). Sepanjang
hidup Yesus di dunia sepenuhnya dikuasai oleh Roh Kudus, dan apa yang diperbuat
pada saat pelayanan-Nya adalah murni karya Roh Kudus. Peran utama Roh Kudus
dalam proses keselamatan kita adalah menyatukan kita dengan Kristus (Hoekema,
2006, hal. 36). Dengan kata lain, bahwa Roh Kudus turut menopang secara aktif
pelayanan Yesus Kristus dalam karya keselamatan umat manusia secara universal
untuk menggenapi misi Allah Bapa terhadap manusia yang berdosa, dalam rangka
memulihkan kembali hubungan antara Allah dengan manusia yang telah rusak
(Yohanes 3:16, Kisah Para Rasul 4:12). Dengan demikian, hubungan yang telah
rusak antara manusia dan Allah tersebut dapat disatukan kembali melalui karya
penebusan Kristus di atas kayu salib.
Karya
Roh Kudus pasca kenaikan Yesus ke sorga terbagi dalam tiga bagian besar, yaitu
karya-Nya sebagai penolong (Yohanes 14:16), karya-Nya sebagai penghibur (Yohanes
14:26), dan karya-Nya sebagai pemimpin (Yohanes 16:13). Dalam kehidupan
kekristenan, karya Roh Kudus berperan aktif dalam konteks pertobatan manusia
yang telah jatuh ke dalam dosa. Yesus berjanji bahwa Dia akan mengutus Roh
Kudus untuk menginsafkan dunia dari dosa, kebenaran, dan penghakiman (Yohanes
16:8). Penginsafan akan dosa diberikan karena manusia tidak percaya kepada
Kristus sebagai Juruselamat dunia (Yohanes 16:9), sehingga manusia menjadi
sadar akan dosanya karena Roh Allah itu datang atas hidupnya. Penginsafan akan
kebenaran diberikan karena Kristus pergi kepada Bapa (Yohanes 16:10), sehingga
ketika Roh Kudus menunjukkan kebenaran Kristus, maka Dia akan menyatakan
kesalahan manusia dan memunculkan keinsafan yang menetap. Dan penginsafan akan penghakiman
tersebut akan diberikan karena penguasa dunia ini telah dihukum (Yohanes
16:11). Dalam hal ini Roh Kudus berperan sebagai penolong yang akan menuntun
manusia ke jalan kebenaran yang sejati dan mendiami mereka (Yohanes 14:16-17).
Roh Kudus sanggup memengaruhi seseorang dengan lebih intensif, karena dengan
mendiami orang itu Dia dapat mencapai pusat berpikir dan perasaan manusia
(Owen, 2004, p. 331). Dengan demikian pelayanan Roh Kudus menghasilkan
pembalikan total, perubahan dalam cara berpikir kita (Ferguson, 2007, hal. 54).
Sebagai
penghibur, Roh Kudus memberikan damai sejahtera dan kehidupan oleh Roh kepada
setiap orang percaya (Roma 8:5-6, Yohanes 15:26, Kisah Para Rasul 9:31). Wujud
penghiburan dari Roh Kudus adalah Ia juga memberikan berbagai karunia-karunia
khusus kepada orang-orang percaya di dalam kesatuan tubuh Kristus (unity of believers in Christ). Karunia-karunia Roh tersebut diberikan
kepada gereja Tuhan untuk membangun tubuh Kristus dan bukan hanya sekedar untuk
kebanggaan pribadi setiap jemaat. Karena tidak ada seorang pun yang memiliki
segala jenis karunia Roh Kudus di dalam dirinya (I Korintus 12:14-21) dan tidak
ada satu karunia pun yang tidak diberikan kepada setiap orang percaya (I
Korintus 12:28-30), maka setiap anggota adalah saling membutuhkan satu dengan
yang lainnya. Dan semua karunia-karunia itu penting untuk saling melengkapi dan
membangun tubuh Kristus ke arah kesempurnaan. Karya-Nya sebagai penghibur, Roh
Kudus membantu kita di saat mengalami beban hidup dan pergumulan yang begitu
berat, maka Dia sebagai Roh Pengasihan dan Roh Permohonan (Zakharia 12:10, Roma
8:26-27) akan membantu orang percaya untuk dapat bertahan menghadapi setiap
beban dan pergumulan hidup yang dialami, agar iman percayanya kepada Tuhan
tidak menjadi goyah (I Korintus 15:58).
Sebagai
pemimpin, Roh Kudus berperan sebagai guru yang mengajarkan segala sesuatu dan
mengingatkan orang-orang percaya apa yang telah dikatakan oleh Tuhan Yesus
(Yohanes 14:26, 15:26). Pelayanan Roh Kudus tidak hanya sekedar bagi para
murid-Nya saja, namun juga membantu orang-orang percaya saat ini untuk memahami
kitab suci (Erickson, 2004, hal. 52). Roh Kudus mengajarkan kepada setiap
pribadi orang percaya tentang kebenaran ilahi yang tidak dapat diajarkan oleh
manusia manapun (I Yohanes 2:27). Pemahaman yang benar terhadap firman Tuhan,
akan membuat hidup manusia menjadi lebih baik dan menjadikannya senantiasa
bertumbuh ke arah kebenaran yang hakiki di dalam Kristus (Yohanes 16:13) serta
menjadi anak Allah dan murid Kristus yang sejati (Roma 8:14).
DAFTAR REFERENSI
Erickson, Millard, J. (2004). Teologi kristen volume 3 [Christian
theology]. Malang: Penerbit Gandum Mas. (Original work published 1983)
Erickson, Millard, J. (2004). Teologi kristen volume 1 [Christian
theology]. Malang: Penerbit Gandum Mas. (Original work published 1983)
Ferguson, Sinclair B. (2007). Kehidupan Kristen sebuah pengantar doktrinal
[The Christian Life: A Doctrinal Introduction]. Surabaya: Penerbit Momentum.
(Original work published 1981)
Hoekema, Anthony. (2006). Diselamatkan oleh anugerah. Surabaya:
Penerbit Momentum.
Letham, Robert. (2004). The Holy Trinity: scripture, history, theology, and worship. New Jersey: P&R
Publishing Company.
Mandey, dkk. (1999). Betapa hebat kuasa-Nya. Pare: Departemen
Literatur dan Media Massa MP-GPdI.
Marsh, Colin. (2004). Becoming a teacher: Understandings, skills
and issues. Frenchs Forest: Pearson Education Australian Group.
Palmer, Edwin, H. (2005). The Holy Spirit His persons and ministry.
New Jersey: P&R Publishing Company.
Palmer, Parker, J. (1998). The courage to teach. United States of
America: Jossey-Bass.
Owen, John. (2004). The Holy Spirit His gifts and power.
Scotland: Christian Focus Publication Ltd.
Ozmon, Howard, A. (2008). Philosophical foundations of education.
New Jersey: Pearson Education Ltd.
Sproul, R.C. (2005). Kebenaran-kebenaran dasar iman Kristen [Essential truths of the Christian faith].
Malang: Literatur SAAT. (Original work published 1997)
Sproul, R.C. (1990). The mystery of the Holy Spirit.
Illinois: Tyndale House Publisher, Incorporation.
Suparno, Paul. (2002). Reformasi pendidikan sebuah rekomendasi.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Sairin, Weinata. (2001). Pendidikan yang mendidik: Butir-butir pemikiran
strategis-reflektif di seputar pendidikan. Jakarta: Yudhistira.
Tong, Stephen. (1995). Roh Kudus,
doa dan kebangunan. Surabaya: Momentum (Lembaga Reformed Injili Indonesia).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar