Rabu, 11 Januari 2012

KEILAHAN DAN KARYA ROH KUDUS TERHADAP PENGEMBANGAN PRIBADI KRISTEN DI ERA GLOBALISASI

 
Oleh: Ev. Imanuel Adhitya W. Ch., S.E., M.Pd.


            Seringkali banyak orang Kristen mempertanyakan mengapa harus mempelajari Roh Kudus dengan benar dan memahami keberadaan-Nya sebagai Allah. Menurut Millard J. Erickson (Erickson, 2004, hal. 14-15) yaitu, alasannya bahwa melalui Roh Kudus inilah Allah Tritunggal menjadi nyata bagi orang percaya. Alasan kedua adalah, karena kita hidup pada masa ketika karya Roh Kudus lebih menonjol dibandingkan dengan karya kedua oknum lainnya, alasan berikutnya bahwa suasana sekarang ini lebih menekankan pengalaman, dan hanya melalui Dialah kita dapat mengalami perjumpaan dengan Allah secara pribadi (encounter with God). Roh Kudus memberi hidup, tinggal dan aktif dalam diri orang percaya (Roma 8:2, 9-11) sehingga mereka mengalami penyertaan Allah secara pribadi (Ibrani 13:5c), serta mempunyai karunia dan kuasa yang besar untuk melakukan perkara-perkara yang ajaib guna melaksanakan amanat agung dalam kehidupan sehari-hari (I Korintus 12:4-11, Matius 28:18-19).
Dasar doktrin bahwa iman Kristen mengenal dan memercayai bahwa Allah pencipta alam semesta ini adalah Trinitas, dimana Bapa, Anak, dan Roh Kudus masing-masing adalah pribadi, tetapi tidak dapat dipisahkan secara esensi satu dengan yang lainnya (Sproul, 1990, p. 73). Dengan kata lain, Roh Kudus yang sepenuhnya bersifat pribadi, hendaknya diberikan penghormatan dan perlakuan yang seimbang serta ditaati dalam konteks otoritas yang sama dengan Allah Bapa dan Allah Anak. Roh Kudus tidak boleh dipandang sebagai suatu esensi yang lebih rendah dari Bapa dan Anak, walaupun peranan-Nya kadang-kadang lebih rendah dari kedua-Nya (Erickson, 2004, hal. 38).
Kerangka berpikir di atas dapat dijelaskan secara analitis bahwa fungsi salah satu anggota Trinitas untuk sementara waktu mungkin kurang penting dari oknum yang lain, tetapi ini tidak berarti bahwa pada dasarnya salah satu bagian menjadi lebih rendah dari bagian yang lain. Yesus Kristus sebagai Allah Anak tidak menjadi lebih rendah dari Allah Bapa selama masa inkarnasinya di bumi, tetapi Ia merendahkan diri-Nya secara fungsional kepada Allah Bapa. Pada sisi yang lain, Roh Kudus merendahkan diri pada waktu diutus oleh Allah Anak (Yohanes 16:7-9) untuk melanjutkan karya-Nya di dunia, saat Ia memuliakan Yesus (Yohanes 16:14), maupun ketika melakukan kehendak Allah Bapa. Tetapi hal tersebut tidak menyatakan bahwa posisi Roh Kudus menjadi kurang penting dibandingkan posisi Allah Bapa dan Allah Anak. Keilahian masing-masing oknum, yaitu Bapa, Anak, dan Roh Kudus harus dinyatakan secara kualitatif dan memiliki otoritas yang sama.
            Roh Kudus adalah pribadi ketiga dari Allah Tritunggal yang datang untuk menggantikan Allah Anak dengan sepenuhnya, melanjutkan pekerjaan Kristus serta menggenapi pelayanan-Nya di bumi (Mandey, 1999, hal. 37). Roh Kudus adalah Roh Allah itu sendiri, Roh yang keluar dari diri Allah, Roh yang dimiliki oleh Allah, memiliki atribut-atribut ilahi dan Dia turut mencipta dunia ini bersama dua pribadi Allah yang lain, yaitu Allah Bapa dan Allah Anak (Owen, 2004, p. 63-64). Roh Kudus mempunyai sifat-sifat ilahi yang sama dengan Allah sebelum dan sesudah penciptaan, dari kekal sampai kekal dan tidak dibatasi waktu dan tempat (Tong, 1995, hal. 24). Roh Kudus adalah pribadi yang menyatakan dan menginsyafkan akan dosa serta memimpin kita dengan kuasa-Nya, sehingga kita mengalami perjumpaan dengan Allah secara pribadi (Palmer, 2005, p. 12-13). Tanpa adanya pertolongan dari Roh Kudus maka tidak seorangpun dapat mengenal Allah dengan benar.
Sebagai pribadi, Roh Kudus menyaksikan dan mengajarkan kebenaran-kebenaran Allah sesuai dengan apa yang telah tertulis dalam Alkitab (II Timotius 3:16, Yohanes 14:26). Roh Kudus sebagai pribadi juga memberikann instruksi atau perintah untuk memberitakan injil, seperti yang dilakukan-Nya kepada Barnabas dan Saulus (Kisah Para Rasul 13:4). Sebagai bukti bahwa Roh Kudus adalah benar-benar seorang pribadi seperti yang tertulis dalam Alkitab, yaitu Dia dapat didukakan atau dilukai (Efesus 4:30), dihujat (Matius 12:31-32), didustai pada saat peristiwa Ananias dan Safira (Kisah Para Rasul 5:3), dihina (Ibrani 10:29), dilawan (Kisah Para Rasul 7:54-60), dihalangi (Kisah Para Rasul 7:51), dicobai (Kisah Para Rasul 5:9) dan dipadamkan (1 Tesalonika 5:19).
Keilahan dan Kepribadian Roh Kudus adalah dua bagian yang saling terkait dan merupakan bentuk konkret karya-Nya di dalam kehidupan orang percaya setelah kenaikan Yesus ke sorga. Dalam berkarya Roh Kudus memiliki nama dan gelar sebagai identitas diri dan menunjukkan bahwa Ia adalah sebagai pribadi. Menurut pengajaran yang disampaikan oleh Rev. W.W. Patterson, nama dan gelar Roh Kudus seperti yang tertulis dalam Alkitab adalah sebagai berikut (Mandey, 1999, hal. 41-43) :
Kristus atau “Yang Diurapi” (Kolose 1:27, Efesus 4:12-16) merupakan urapan yang dinyatakan oleh Roh Kudus, Penolong atau penghibur (Yohanes 14:26, 16:7, 14:16, 15:26), Roh (Yohanes 3:6-8), Roh Kekudusan (Roma 1:4), Roh Allah (I Korintus 3:16, 2:11), Roh dari Allah yang hidup (II Korintus 3:3), Roh Tuhan (Lukas 4:18), Roh Tuhan Allah (Yesaya 61:1), Roh Bapa (Matius 10:20), Roh Anak-Nya (Galatia 4:6), Roh Kristus (Roma 8:9), Roh Yesus Kristus (Filipi 1:9), Roh Yesus (Kisah 16:6-7), Roh yang kekal (Ibr. 9:14), Roh kasih karunia (Ibrani 10:29), Roh Kebenaran (Yohanes 14:16), Roh Kehidupan (Roma 8:2), Roh Kemuliaan (Petrus 4:14), Roh yang membakar (Yesaya 4:4), Roh yang mengadili (Yesaya 4:4), Roh Hikmat (Yesaya 11:2), Roh Pengertian (Yesaya 11:2), Roh Nasihat (Yesaya 11:2), Roh Keperkasaan (Yesaya 11:2), Roh Pengenalan (Yesaya 11:2), Roh takut akan Tuhan (Yesaya 11:2), Roh pengangkatan (Roma 8:15), Roh Kudus yang dijanjikan (Efesus 1:13, Kisah 1:4, Galatia 3:14), Roh Kasih (II Timotius 1:7), Roh memerintahkan diri (II Timotius 1:7), Roh-Mu yang baik (Nehemia 9:20, Mazmur 143:10), Roh-Mu yang rela (Mazmur 51:14), Roh pengasihan dan permohonan (Zakharia 12:10, Roma 8:26-27), Roh Nubuat (Wahyu 19:10).
Dengan demikian, semakin jelas bagi kita bahwa Roh Kudus terlibat dalam tindakan-tindakan moral serta pelayanan yang hanya dapat dilakukan oleh seorang pribadi. Tindakan tersebut seperti mengajar, memperbarui, mencari, berbicara, bersyafaat, memerintah, bersaksi, menuntun, menjelaskan dan menyatakan sesuatu (Erickson, 2004, hal. 37). Firman Tuhan mengatakan bahwa Roh Kudus membantu kita dalam kelemahan, sebab kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa. Tetapi Roh Kudus sendiri yang berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan (Roma 8:26). Jelas sekali dalam konteks ayat tersebut menunjukkan bahwa Rasul Paulus sedang membahas pribadi yang berkarya untuk setiap orang, dengan tujuan membantu menyelesaikan pergumulan hidup dan permasalahan yang dihadapi oleh jemaat di Roma pada waktu itu; bahkan sampai saat ini, karya Roh Kudus terus menyertai umat-Nya kapanpun dan dimanapun (Yohanes 16:13).
Demikian halnya dengan perkataan Yesus yang menyatakan pribadi Roh Kudus dalam Yohanes 16:8, bahwa jikalau Roh Kudus datang ke dalam dunia, maka Dia akan menginsyafkan dunia akan dosa, kebenaran, dan penghakiman. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Roh Kudus adalah benar-benar suatu pribadi yang berkuasa dan bukanlah sebuah kekuatan gaib semata. Pribadi Roh Kudus adalah pribadi Allah itu sendiri, memiliki esensi dan otoritas yang sama dengan Allah Bapa dan Allah Anak. Antara pribadi yang satu dengan yang lainnya tidak ada kontradiksi dan tumpang tindih fungsi jabatan pada saat menjalankan peran mereka masing-masing.
Roh Kudus adalah pribadi yang sesungguhnya berkuasa (dunamis), mampu membangkitkan  Kristus dari antara orang mati dan mendudukkan-Nya di sebelah kanan Allah Bapa di sorga (Efesus 1:19-20). Sehingga sebagai orang-orang percaya yang hidupnya dipimpin oleh Roh Allah (Roh Kudus), maka kita akan disebut sebagai anak Allah (Roma 8:14), yang mempunyai pengetahuan untuk mengenal Allah dengan benar (Efesus 1:17c). Dengan menyandang status sebagai anak Allah, maka kita pun adalah ahli-ahli waris yang berhak menerima janji-janji Allah dan dipermuliakan bersama-sama dengan Dia di dalam kerajaan-Nya (Roma 8:17).

            Roh Kudus dan karya-Nya harus dipahami secara benar oleh orang-orang percaya, sebab di dalam karya Roh Kuduslah Allah secara pribadi bekerja di dalam diri orang percaya (Erickson, 2004, hal. 39). Kata “Roh” dalam bahasa Yunani adalah “Pneuma” yang berarti angin, udara atau nafas. Maka dapat didefinisikan bahwa Roh Kudus adalah (Dia) yang menjadi nafas kehidupan (Mandey, 1999, hal. 37). Dalam perjanjian lama, Roh Kudus berperan aktif dalam karya penciptaan, hal ini dapat dilihat bahwa pada waktu bumi belum berbentuk dan masih kosong, Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air (Kejadian 1:2). Karya Allah yang berkaitan dengan hasil penciptaan, merupakan wujud nyata bahwa Roh Kudus turut bekerja sama dalam proses penciptaan alam semesta beserta isinya.
            Wujud lain dari karya Roh Kudus dalam masa perjanjian lama adalah memberikan nubuatan seperti yang dialami oleh seorang nabi yang bernama Yehezkiel pada saat bangsa Israel berada dalam pembuangan di Babel (Yehezkiel 2:2). Roh Kudus juga berkarya dalam diri Bileam (Bilangan 24:2), pada saat dia disuruh Balak untuk mengutuk bangsa Israel, tetapi justru Bileam memberkati bangsa Israel karena Roh Allah bekerja dalam dirinya. Karya Roh Kudus juga dialami oleh Saul waktu diangkat oleh Samuel untuk menjadi raja atas Israel, lalu ia pun kepenuhan Roh Kudus dan bernubuat (1 Samuel 10:6-10). Pada jaman hakim-hakim, para pemimpin pada saat itu sangat mengandalkan karya Roh Kudus dalam menjalankan tugasnya sebagai hakim atas bangsa Israel. Misalnya seperti Otniel (Hakim-Hakim 3:10) dan Gideon (Hakim-Hakim 6:34, 14:19), Roh Tuhan menghinggapinya sehingga ia berani maju berperang bersama dengan pasukan Israel melawan bangsa Aram dan Midian, dan akhirnya mereka berhasil mengalahkan musuh-musuhnya. Nabi-nabi dalam perjanjian lama juga mengalami karya Roh Kudus yang luar biasa, sehingga melalui nubuatan-nubuatan yang mereka sampaikan, firman Allah diberitakan di hadapan bangsa Israel dan bangsa-bangsa lain yang belum mengenal Tuhan. Roh Kudus berkarya ketika memberitahukan perihal kedatangan Mesias kepada nabi Yesaya (Yesaya 42:1-4, 61:1-3). Yoel sebagai seorang nabi yang mendapat ilham dari Roh Kudus juga memberitakan nubuatan tentang hari Pentakosta yang akan datang di kemudian hari setelah kenaikan Yesus ke sorga (Yoel 2:28-29).
            Dalam masa perjanjian baru, Roh Allah berkarya melalui beberapa tokoh seperti Maria yang mengandung Yesus Kristus dari Roh Kudus (Lukas 1:35). Roh Kudus juga tampak jelas karya-Nya dari awal sampai akhir pelayanan Tuhan Yesus, mulai dari baptisan air, dimana Roh Kudus turun dalam wujud burung merpati ke atas Tuhan Yesus (Matius 3:16, Yohanes 1:32) serta pencobaan Yesus di padang gurun. Roh Kudus membawa Yesus Kristus untuk berperang melawan penguasa-penguasa kegelapan serta memberikan kekuatan kepada-Nya (Lukas 4:1-2). Allah Roh Kudus menyertai Yesus sepanjang karya-Nya di dunia dalam bentuk tanda-tanda mujizat yang diadakan-Nya, baik ketika mengusir roh jahat (Lukas 11:20, Matius 12:28), menyembuhkan berbagai penyakit (Markus 1:34, Lukas 4:40), berjalan di atas air (Markus 6:48), berkhotbah dengan penuh kuasa (Lukas 4:14, Yohanes 3:34), penyaliban-Nya (Ibrani 9:14), kuasa kebangkitan-Nya (Roma 1:4, 8:11, I Petrus 3:18), maupun kenaikan-Nya (Kisah Para Rasul 2:23, Yohanes 15:26, Lukas 24:49). Sepanjang hidup Yesus di dunia sepenuhnya dikuasai oleh Roh Kudus, dan apa yang diperbuat pada saat pelayanan-Nya adalah murni karya Roh Kudus. Peran utama Roh Kudus dalam proses keselamatan kita adalah menyatukan kita dengan Kristus (Hoekema, 2006, hal. 36). Dengan kata lain, bahwa Roh Kudus turut menopang secara aktif pelayanan Yesus Kristus dalam karya keselamatan umat manusia secara universal untuk menggenapi misi Allah Bapa terhadap manusia yang berdosa, dalam rangka memulihkan kembali hubungan antara Allah dengan manusia yang telah rusak (Yohanes 3:16, Kisah Para Rasul 4:12). Dengan demikian, hubungan yang telah rusak antara manusia dan Allah tersebut dapat disatukan kembali melalui karya penebusan Kristus di atas kayu salib.
            Karya Roh Kudus pasca kenaikan Yesus ke sorga terbagi dalam tiga bagian besar, yaitu karya-Nya sebagai penolong (Yohanes 14:16), karya-Nya sebagai penghibur (Yohanes 14:26), dan karya-Nya sebagai pemimpin (Yohanes 16:13). Dalam kehidupan kekristenan, karya Roh Kudus berperan aktif dalam konteks pertobatan manusia yang telah jatuh ke dalam dosa. Yesus berjanji bahwa Dia akan mengutus Roh Kudus untuk menginsafkan dunia dari dosa, kebenaran, dan penghakiman (Yohanes 16:8). Penginsafan akan dosa diberikan karena manusia tidak percaya kepada Kristus sebagai Juruselamat dunia (Yohanes 16:9), sehingga manusia menjadi sadar akan dosanya karena Roh Allah itu datang atas hidupnya. Penginsafan akan kebenaran diberikan karena Kristus pergi kepada Bapa (Yohanes 16:10), sehingga ketika Roh Kudus menunjukkan kebenaran Kristus, maka Dia akan menyatakan kesalahan manusia dan memunculkan keinsafan yang menetap. Dan penginsafan akan penghakiman tersebut akan diberikan karena penguasa dunia ini telah dihukum (Yohanes 16:11). Dalam hal ini Roh Kudus berperan sebagai penolong yang akan menuntun manusia ke jalan kebenaran yang sejati dan mendiami mereka (Yohanes 14:16-17). Roh Kudus sanggup memengaruhi seseorang dengan lebih intensif, karena dengan mendiami orang itu Dia dapat mencapai pusat berpikir dan perasaan manusia (Owen, 2004, p. 331). Dengan demikian pelayanan Roh Kudus menghasilkan pembalikan total, perubahan dalam cara berpikir kita (Ferguson, 2007, hal. 54).
            Sebagai penghibur, Roh Kudus memberikan damai sejahtera dan kehidupan oleh Roh kepada setiap orang percaya (Roma 8:5-6, Yohanes 15:26, Kisah Para Rasul 9:31). Wujud penghiburan dari Roh Kudus adalah Ia juga memberikan berbagai karunia-karunia khusus kepada orang-orang percaya di dalam kesatuan tubuh Kristus (unity of believers in Christ). Karunia-karunia Roh tersebut diberikan kepada gereja Tuhan untuk membangun tubuh Kristus dan bukan hanya sekedar untuk kebanggaan pribadi setiap jemaat. Karena tidak ada seorang pun yang memiliki segala jenis karunia Roh Kudus di dalam dirinya (I Korintus 12:14-21) dan tidak ada satu karunia pun yang tidak diberikan kepada setiap orang percaya (I Korintus 12:28-30), maka setiap anggota adalah saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Dan semua karunia-karunia itu penting untuk saling melengkapi dan membangun tubuh Kristus ke arah kesempurnaan. Karya-Nya sebagai penghibur, Roh Kudus membantu kita di saat mengalami beban hidup dan pergumulan yang begitu berat, maka Dia sebagai Roh Pengasihan dan Roh Permohonan (Zakharia 12:10, Roma 8:26-27) akan membantu orang percaya untuk dapat bertahan menghadapi setiap beban dan pergumulan hidup yang dialami, agar iman percayanya kepada Tuhan tidak menjadi goyah (I Korintus 15:58).
            Sebagai pemimpin, Roh Kudus berperan sebagai guru yang mengajarkan segala sesuatu dan mengingatkan orang-orang percaya apa yang telah dikatakan oleh Tuhan Yesus (Yohanes 14:26, 15:26). Pelayanan Roh Kudus tidak hanya sekedar bagi para murid-Nya saja, namun juga membantu orang-orang percaya saat ini untuk memahami kitab suci (Erickson, 2004, hal. 52). Roh Kudus mengajarkan kepada setiap pribadi orang percaya tentang kebenaran ilahi yang tidak dapat diajarkan oleh manusia manapun (I Yohanes 2:27). Pemahaman yang benar terhadap firman Tuhan, akan membuat hidup manusia menjadi lebih baik dan menjadikannya senantiasa bertumbuh ke arah kebenaran yang hakiki di dalam Kristus (Yohanes 16:13) serta menjadi anak Allah dan murid Kristus yang sejati (Roma 8:14).





DAFTAR REFERENSI

Erickson, Millard, J. (2004). Teologi kristen volume 3  [Christian theology]. Malang: Penerbit Gandum Mas. (Original work published 1983)



Erickson, Millard, J. (2004). Teologi kristen volume 1  [Christian theology]. Malang: Penerbit Gandum Mas. (Original work published 1983)


Ferguson, Sinclair B. (2007). Kehidupan Kristen sebuah pengantar doktrinal [The Christian Life: A Doctrinal Introduction]. Surabaya: Penerbit Momentum. (Original work published 1981)


Hoekema, Anthony. (2006). Diselamatkan oleh anugerah. Surabaya: Penerbit Momentum.


Letham, Robert. (2004). The Holy Trinity: scripture, history, theology, and worship. New Jersey: P&R Publishing Company.


Mandey, dkk. (1999). Betapa hebat kuasa-Nya. Pare: Departemen Literatur dan Media Massa MP-GPdI.


Marsh, Colin. (2004). Becoming a teacher: Understandings, skills and issues. Frenchs Forest: Pearson Education Australian Group.


Palmer, Edwin, H. (2005). The Holy Spirit His persons and ministry. New Jersey: P&R Publishing Company.


Palmer, Parker, J. (1998). The courage to teach. United States of America: Jossey-Bass.


Owen, John. (2004). The Holy Spirit His gifts and power. Scotland: Christian Focus Publication Ltd.


Ozmon, Howard, A. (2008). Philosophical foundations of education. New Jersey: Pearson Education Ltd.


Sproul, R.C. (2005). Kebenaran-kebenaran dasar iman Kristen  [Essential truths of the Christian faith]. Malang: Literatur SAAT. (Original work published 1997)


Sproul, R.C. (1990). The mystery of the Holy Spirit. Illinois: Tyndale House Publisher, Incorporation.

Suparno, Paul. (2002). Reformasi pendidikan sebuah rekomendasi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.


Sairin, Weinata. (2001). Pendidikan yang mendidik: Butir-butir pemikiran strategis-reflektif di seputar pendidikan. Jakarta: Yudhistira.

Tong, Stephen. (1995). Roh Kudus, doa dan kebangunan. Surabaya: Momentum (Lembaga Reformed Injili Indonesia).



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar